Mari
menghadapi kenyataan. Untuk membangun sistem angkutan umum mumpuni,
yang dapat mengurangi jumlah kendaraan pribadi di jalan-jalan di Jakarta
sehingga sama seperti 20 tahun yang lalu, diperlukan waktu 10 tahun.
Padahal
pada saat yang sama, sangat kecil kemungkinan pemerintah pusat akan
mengeluarkan kebijakan yang dapat mengecilkan industri otomotif. Bukan
karena ada konspirasi atau semacamnya, melainkan karena memang sulit
menolak godaan pertumbuhan ekonomi yang ditawarkan industri otomotif
sebagai jalan pintas.
Meski
demikian, angkutan umum tetap harus dibangun. Makin cepat dimulai (dan
makin kencang larinya), makin baik. Lalu apa yang dapat kita lakukan
sambil menunggu 10 tahun itu? Kita tentu tidak mau cuma marah-marah dan
menderita berbagai penyakit akibat macet, polusi dan berbagai
ketegangan?
Ada beberapa cara. Yang utama adalah, mengurangi kebutuhan bepergian pada hari kerja.
Dewasa
ini, teknologi informasi makin hebat. Perkembangan dunia digital sudah
dan terus membantu kita dalam “bertemu” orang. Tatap muka kini dapat
dilakukan melalui Skype, Facetime, dan berbagai platform lain.
Beberapa
jenis pekerjaan juga lebih bagus dan produktif bila dilakukan tertulis,
ketimbang lisan. Mutu pemikiran pun membaik bila kita mengurangi
kebiasaan bercakap-cakap dan meningkatkan kebiasaan menulis.
Untuk
mendukung berlangsungnya bekerja tanpa perlu ke kantor, pemerintah dan
swasta dapat mendorong ketersediaan jaringan internet nirkabel di
seluruh kota. Di Jakarta, sebagai contoh, memang sudah banyak titik
hotspot. Tetapi jangan lupakan kawasan pinggir, kabupaten-kabupaten
sekitar, karena di sinilah pertumbuhan permukiman terbesar — dan sumber
bangkitan perjalanan ulang-alik ke pusat kota Jakarta.
Dukungan
lain? Makin banyak layanan pengantaran makanan. Bahkan, layanan ini
sudah menjalar ke kota-kota “tenang” seperti Yogyakarta. Tak hanya
makanan, tapi juga antaran yang lain. Sektor ini bisa meningkat dengan
dorongan insentif dan kebijakan lainnya.
Ada
satu cara lagi yang agak sulit (tapi bukan tidak mungkin diterapkan).
Yakni mengatur ketersediaan permukiman di dekat lokasi pekerjaan.
Sekarang
ini, para pengembang gedung kantor dan pusat komersial lain diwajibkan
menyediakan tempat parkir dengan jumlah minimal yang diatur rinci.
Mengapa mereka tidak sekalian diwajibkan membangun hunian karyawan di
dalam kompleks yang sama — atau setidaknya berdekatan? Bayangkan betapa
leganya jalanan karena para karyawan hanya perlu menempuh 5-10 menit
untuk bisa sampai ke kantor.
Semua
ini dapat diatur di dalam Rencana Detail Tata Ruang per kecamatan yang
sekarang sedang ditinjau kembali. Ini suatu kesempatan!
Saya
yakin ada banyak kecerdasan untuk menghasilkan gagasan dan perubahan
signifikan dalam mengatasi kemacetan. Yang saya khawatirkan adalah
harapan yang terus-menerus atas akan adanya solusi mudah yang mujarab
seketika, yang membuat kita menunggu dan tidak berubah. Selain itu ada
juga kemalasan — terutama dari pihak birokrasi — untuk memudahkan
perubahan itu. Kata kunci yang sering diungkapan adalah "Sulit!" Tetapi,
tidak mungkin lebih sulit daripada keadaan yang sudah kita hadapi
sekarang. Ayo, bangun! Hadapi kenyataan!
Apa lagi yang dapat dilakukan demi mengurangi kemacetan? Pembaca punya ide?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar